Sensitivitas Dan Sensibilitas Untuk Menyingkirkan Risiko

“Tim Manajemen Yang Solid Adalah Tim Manajemen Yang Memahami Semua Seluk Beluk Bisnis Perusahaan, Serta Memiliki Sensitivitas Dan Sensibilitas Tinggi Untuk Menyingkirkan Semua Risiko Berbahaya, Dengan Cara Mengetahui Risiko Pada Saat Yang Tepat Dengan Solusi Yang Penuh Tanggung Jawab.” – Djajendra

Pertanyaan ?

Yth Bpk Djajendra,

Apa saja cara terefektif dalam menerapkan manajemen risiko, dan dari mana sumber risiko berbahaya itu berasal? Apakah mungkin melalui manajemen risiko perusahaan bisa terhindar dari berbagai bencana krisis ekonomi? Terima kasih, Yesty-Bekasi.

Djajendra Menjawab!

Dear Yesty,

Tidak ada rencana tanpa risiko, tidak ada tindakan tanpa risiko. Sebab, risiko adalah sesuatu yang selalu melekat di dalam setiap gerak dan langkah perusahaan. Jadi, risiko itu seperti sebuah bayang-bayang yang akan terus mengikuti semua perjuangan perusahaan menuju puncak sukses.

Cara terefektif dalam menerapkan manajemen risiko, adalah saat manajemen tahu dan paham tentang semua yang dilakukan bersama perusahaan secara benar, jujur, dan penuh tanggung jawab. Dan perusahaan juga harus memahami bahwa sumber utama risiko berbahaya itu berasal dari ketidaktahuan manajemen bersama segenap kekuatan sumber daya terhadap rencana, tindakan, dan pengendaliannya.

Melalui pengelolaan manajemen risiko yang kreatif perusahaan pasti dapat menjinakan semua bencana yang dihasilkan dari risiko-risiko liar yang berbahaya, dan perusahaan pasti terhindar dari berbagai bencana krisis ekonomi. Sekian dulu, ya, Yesty. Have a nice day.

Untuk seminar/training hubungi www.djajendra-motivator.com

Jangan Lawan Atasan Anda

Curhat!

Secara umum kami puas dengan training GCG yang bapak berikan, sekarang kami jadi banyak tahu tentang GCG, tapi kami sangat heran saat bapak  melarang kami melawan atasan yang melakukan bad governance. Hal ini akan membuat atasan kami seperti mendapat angin segar untuk semakin menjadi-jadi melakukan bad governance di perusahaan kami. Terima kasih. – DN.

Djajendra Menjawab !

Saya sangat berterima kasih atas perhatian Anda. Alasan saya melarang Anda melawan atasan, adalah sebuah pesan kepada Anda semua untuk memanfaatkan kekuatan positif dan menghindarkan hal-hal yang merusak hubungan kerja dengan atasan masing-masing. Sebab, bagaimanapun juga para atasan memiliki power yang bisa membuat para bawahan tidak nyaman. Untuk itu, seharusnya Anda semua wajib membangun pikiran positif, untuk meningkatkan profesionalisme masing-masing secara lebih baik.

Secara pribadi saya telah berbicara dengan atasan Anda, dan beliau-beliau menyatakan bahwa semua manajer-manajernya itu adalah aset yang sangat berharga, sehingga perlu dirawat dan diberikan contoh-contoh kepemimpinan yang jujur dan adil dari para atasan. Dan, atasan Anda sangat setuju untuk menjalankan prinsip-prinsip good corporate governance dengan mengimplementasikan Board Manual, Code of Conduct, dan Pedoman Bisnis Etik secara konsisten.

Bila praktik GCG berjalan secara baik, maka profesionalisme dan kejujuran pasti dapat berdiri ditengah-tengah suasana kerja yang penuh integritas dalam keharmonisan yang sempurna.

Saya sangat berharap Anda mampu memainkan peran positif, untuk menciptakan hal-hal yang strategis dalam mendukung terimplementasinya good corporate governence di perusahaan Anda.

Anda yang cerdik dalam kekuatan emosi positif pasti akan survive dari segala risiko konflik . Biarkan saja orang-orang terlibat dalam permainan politik praktis kantor, yang penting Anda mampu memainkan peran Anda secara cerdas dalam integritas diri yang tinggi melalui pengabdian penuh dedikasi kepada perusahaan.

Saya sangat percaya dan sangat yakin bahwa cara-cara positif yang dilandasi sikap sabar akan menuai hasil terbaik. Bekerjalah dalam suasana damai tanpa terprovokasi oleh hal apapun.
Walaupun atasan kita merupakan orang-orang yang tidak jujur bukanlah berarti kita boleh untuk tidak menghormati mereka. Apalagi anggaran dasar perusahaan menjamin power dari para komisaris dan direksi. Seharusnya secara persuasive, Anda cerdas merangkul dan mempengaruhi para atasan yang tidak jujur itu, untuk menciptakan sistem dan kultur kerja yang adil, jujur, terbuka, dan penuh dengan rasa tanggung jawab.

Sekian dan terima kasih

Kekuatan Good Governance Pasti Kalah Oleh Nafsu Spekulasi

“Siapa Pun Dapat Menjalankan Bisnis Untuk Mencari Untung Sebanyak-Banyaknya, Tetapi Dibutuhkan Orang Yang Sabar, Dan Yang Cerdas Menghitung Risiko Dalam Menyelamatkan Perusahaan Dari Badai Krisis Ekonomi.” – Djajendra


Pertanyaan?

Dear Djajendra,

Banyak perusahaan yang telah menjalankan good governance dan risk management dengan baik, hasilnya mereka juga babak belur saat krisis ekonomi menghancurkan usaha mereka. Pertanyaan saya, di mana letak kehebatan dari good governance dan risk management dalam menyelamatkan perusahaan dari krisis ekonomi? Terima kasih, wilopo – Semarang

Djajendra Menjawab!

Dear wilopo,

Apa yang Anda katakan benar, bahwa banyak perusahaan yang secara formal telah menjalankan good governance dan risk management, tapi takluk oleh badai krisis ekonomi. Persoalannya, good governance itu sering sekali hanya menjadi tulisan-tulisan indah di atas kertas, tapi tidak dimanfaatkan secara jujur dan penuh kesadaran untuk mengelola semua potensi risiko sejak dini. Kalau saja sebuah perusahaan sejak dini mengelola, mengawasi, dan mengatasi semua benih risiko dengan penuh tanggung jawab, maka perusahaan itu pasti mampu berdiri tegar dan kokoh dalam menghadapi badai krisis ekonomi, dan berarti juga telah menjalankan good governance secara baik. Sayangnya, sering sekali manajemen dan pebisnis tidak mampu menjinakan nafsu spekulasi, dan terpaksa mengabaikan prinsip good governance. Jadi, kehancuran sebuah perusahaan oleh krisis ekonomi selalu disebabkan oleh kalahnya kekuatan good governance oleh nafsu spekulasi dari  pengelola perusahaan. Sekian dulu, ya, wilopo. Have a great day!

Ketika Nepotisme Menjadi Budaya Kerja

“Profesionalisme Artinya Mewujudkan Budaya Kerja Yang Bersih Dari Nepotisme Dan Mengedepankan Budaya Kerja Good Governance.” – Djajendra

Yth Bapak Djajendra,

Bagaimana cara kita menghadapi budaya kerja di perusahaan yang mengagung-agungkan kehebatan sesama alumnus? Apakah etis bila manajemen mengutamakan merekrut karyawan baru dari universitas tertentu dengan fanatisme tinggi? Bagaimana hal ini hubungannya dengan good governance? Terima kasih. Dandi Wayudi, Jakarta.

Djajendra Menjawab!

Dear Dandi Wayudi,

Manajemen yang berkualitas tidak akan merekrut atau pun mempromosikan karyawan atas dasar nepotisme. Manajemen yang kuat pasti bekerja sepenuhnya dengan menggunakan sistem yang konsisten dengan prinsip-prinsip good corporate governance. Manajemen yang profesional pasti mengutamakan kompetensi, kualitas, karakter, dan potensi seseorang untuk dijadikan sebagai sumber daya perusahaan yang kuat dan solid. Dan, tidak mungkin mengkerdilkan dirinya dengan hanya mempercayai sesama kelompok atau alumnus.
Ketika Anda menghadapi budaya kerja yang mengagung-agungkan kehebatan sesama alumnus, maka Anda harus bersikap lebih tegar dan lebih sabar. Lalu, jagalah diri Anda dengan tetap berpikir positif dan berprasangka baik, tanpa mengkerdilkan kebesaran perusahaan Anda. Ingat, apa pun budaya kerja perusahaan Anda, tetaplah bekerja dengan sepenuh hati untuk berkontribusi secara total.
Etis atau tidak etisnya sebuah rekrutmen sangat tergantung kepada profesionalisme dan kebutuhan manajemen. Mungkin saja pihak manajemen merasa keunggulan yang dimiliki alumnus universitas tertentu itu sesuai dengan kebutuhan mereka. Jadi, semuanya akan menjadi etis-etis saja bila rekrutmen itu dilakukan melalui prinsip-prinsip good corporate governance.
Budaya nepotisme pastinya tidak sesuai dengan nilai-nilai dari good corporate governance.
Jika sebuah perusahaan dijalankan secara profesional berdasarkan nilai-nilai good governance, maka perusahaan akan terjaga dari berbagai praktik manajemen yang spekulatif, korup, kolusif dan nepotis.
Ingat! Perusahaan yang kuat hanya dihasilkan dengan cara menegakkan sistem, prosedur, peraturan, dan kebijakan dengan penuh tanggung jawab; mengembangkan nilai-nilai kebaikan yang adil dan jujur; menciptakan transparansi di setiap keputusan strategis; memanfaatkan kekuatan sumber daya secara efektif, produktif, kreatif dan efisien; dan menciptakan pelayanan perusahaan yang berorientasi untuk memuaskan stakeholder. Sekian dulu ya, Dandi Wayudi. Have a nice day!

Mungkinkah Perusahaan Menaikan Gaji Dimasa Krisis?

“Jika Anda Membiarkan Diri Anda Sendiri Tidak Disiplin Dalam Hal-Hal Kecil, Kemungkinan Juga Anda Tidak Akan Disiplin Dalam Hal-Hal Besar.” – Warrent Buffett


Pertanyaan ?

Mungkinkah Perusahaan Menaikkan Gaji Dimasa Krisis Global Seperti Ini?

Djajendra Menjawab!

Sebuah perusahaan dengan bisnis yang buruk di masa krisis ekonomi global ini pasti tidak mungkin mampu menaikkan gaji karyawannya. Sedangkan perusahaan dengan bisnis yang hebat di masa krisis ini seharusnya menaikkan gaji karyawan, agar karyawan menjadi semakin loyal dan lebih bersemangat.
Pada masa krisis ekonomi global seperti sekarang ini, setiap perusahaan memerlukan efisiensi, efektifitas, kerja keras, dan loyalitas dari karyawannya di semua aspek kerja untuk bisa bertumbuh. Diperlukan cara kerja yang lebih kreatif, lebih strategis, lebih kolabaratif, agar ada ruang untuk menaikkan penghasilan perusahaan supaya perusahaan bisa menaikkan gaji karyawannya.

Pertanyaan ?

Bagaimana Cara Karyawan Lama Menghadapi Karyawan Baru Yang Cerdas Dan Mendapat Kepercayaan Dari Si Bos ?

Djajendra Menjawab!

Jika realitas menunjukkan bahwa karyawan baru memiliki potensi lebih hebat dari karyawan lama dan langsung mendapat kepercayaan dari si bos, karyawan lama seharusnya bangkit dengan motivasi yang lebih tinggi untuk menjadikan dirinya lebih berkualitas dan lebih profesional daripada si karyawan baru tersebut. Risiko ancaman terhadap posisi karyawan lama sebenarnya tidak datang dari si karyawan baru, tapi oleh sikap karyawan lama yang tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai kemungkinan perubahan di kantor.

Berikut Tips Untuk Karyawan Lama:

1.Kembangkan pikiran positif dan emosi baik, agar tidak merasa terancam oleh kehadiran karyawan baru.

2.Bersikaplah secara profesional di kantor dan jadilah pembelajar yang terus mengisi diri dengan berbagai pengetahuan baru.

3.Kembangkan hubungan positif yang lebih strategis dengan si bos, dan kerjakan semua pekerjaan dengan tepat waktu dan lebih kreatif.

4.Yakinkan diri bahwa Anda adalah pribadi hebat yang mampu menaklukkan semua hambatan dan tantangan karier kerja dengan sikap optimistis

*Cosmopolitan

Menyiapkan Ruang Pertumbuhan Buat Perkembangan Karir Karyawan

“Saat Karyawan Merasa Tidak Mendapatkan Pengakuan Dari Lingkungan Kerja Untuk Pertumbuhan Karir, Maka Karyawan Akan Bekerja Dengan Kualitas Pelayanan Yang Rendah Buat Perusahaan.” – Djajendra

Pertanyaan ?

Kami  ingin bertanya pak, apa yang harus di lakukan saat kami tahu bahwa perusahaan tidak menyiapkan kesempatan untuk mengembangkan karir buat karyawan? ASW

Djajendra Menjawab!

Apa yang Anda ceritakan di email Anda kepada saya adalah sebuah realitas di dunia kerja. Saran saya buat Anda adalah Anda tidak perlu merasa kecewa dan panik, memang benar bahwa masih ada banyak perusahaan yang belum memahami tentang pentingnya menyiapkan ruang pertumbuhan buat mental dan potensi untuk tujuan perkembangan karir karyawannya. Tetapi, sudah banyak juga perusahaan yang memahami tentang perlunya untuk mengembangkan karakter, potensi, mind set, sikap baik, dan nilai-nilai keunggulan karyawannya buat kemajuan organisasi dan bisnis perusahaan. Jadi, Anda hanya perlu bersabar dan berpikir positif terus tentang perusahaan Anda. Sebab, mungkin suatu hari nanti perusahaan Anda akan menyadari tentang pentingnya pengembangan potensi dan kualitas kerja dari karyawannya.
Perusahaan yang berkualitas tinggi selalu akan sadar bahwa semua karyawan perlu untuk merasa dihargai, terfokus, dan produktif di tempat kerja. Untuk itu, perusahaan akan menyiapkan konsep kerja yang bermakna buat semua orang; menyiapkan otonomi yang jelas di setiap unit kerja; membangun gaya manajemen yang fokus pada kolaborasi, koordinasi, dan komunikasi kerja; membangun hubungan positif di antara rekan kerja sampai dengan ke pemimpin; membangun lingkungan kerja yang adil, terbuka, jujur, profesional; pengakuan kepada yang berprestasi dan perbaikan kepada yang belum berprestasi; serta selalu peduli kepada pertumbuhan karir para karyawannya. Sekian dan terima kasih.

Saat Perusahaan Tidak Menepati Janjinya Kepada Karyawan

“Jangan Biarkan Masa Depan Anda Diperangkap Oleh Janji-Janji Manis, Tapi Mulailah Pendakian Menuju Sukses Tertinggi Dengan Kekuatan, Keberanian, Keyakinan, Dan Kemampuan Diri Anda Sendiri.” – Djajendra

Pertanyaan ?

Saya telah mengabdi kepada perusahaan lebih dari lima belas tahun. Selama ini saya disiapkan untuk menjadi pimpinan, tapi kenyataannya perusahaan merekrut orang baru untuk mengisi posisi yang pernah dijanjikan kepada saya. Jelas saya sangat kecewa, pengabdian saya selama ini menjadi sia-sia. Apakah etis kalau saya mencari pekerjaan baru? Mohon sarannya pak djajendra. Terima kasih. Amirudin.

Djajendra Menjawab!

Ketika Anda merasa bahwa Anda telah mempersiapkan diri Anda secara sempurna untuk menerima jabatan yang dijanjikan perusahaan kepada Anda. Dan, pada akhirnya perusahaan ingkar janji terhadap Anda, sangat wajar bila Anda merasa kecewa. Pengabdian Anda kepada perusahaan merupakan bentuk loyalitas yang pantas untuk dibanggakan. Anda harus yakin, percaya diri, dan memiliki keberanian untuk menentukan pilihan karier Anda ke depan. Jangan biarkan perjalanan karier kerja Anda diperangkap oleh janji-janji manis dari pihak manapun. Jika Anda yakin telah bekerja secara profesional dan melakukan hal-hal terbaik buat perusahaan Anda, tidak ada namanya Anda kalah atau pun gagal bersama perusahaan Anda saat ini. Anda sebenarnya telah melakukan kewajiban Anda secara maksimal, hanya saja faktor keberuntungan belum berpihak kepada Anda. Saya sangat yakin bahwa pengabdian Anda kepada perusahaan Anda selama ini tidak pernah menjadi sia-sia. Anda telah melakukan sebuah upaya keras untuk meraih jabatan yang lebih tinggi di perusahaan Anda, dan tidak selalu sebuah upaya keras itu akan menghasilkan apa yang kita inginkan. Sangatlah etis kalau Anda mau mencari pekerjaan baru untuk memenuhi harapan hidup Anda. Jadi, jangan takut untuk melakukan tindakan besar buat masa depan Anda yang lebih cemerlang. Sekian dan terima kasih.

Bila Direksi Kurang Berminat Pada Good Corporate Governance

Status: Published . 2010-01-20 @ 07:17:14 by djajendra

“Anda Tidak Mungkin Memaksakan Penerapan Good Corporate Governance Jika Para Direksi Anda Tidak Bersepakat Untuk Itu.” – Djajendra

Andhang Satria Bertanya?

Saya sekarang sedang menjalankan perusahaan yang bergabung di sebuah group company. Permasalahan saya adalah management group yang saya naungi sekarang menganut system management retail. Sedangkan saya lebih mengarah ke corporate governance perlahan namun pasti, saya mulai menerapkan system saya ke company ini. Tetapi banyak sekali kendala yang harus saya hadapi.
1. SDM yang belum siap (termasuk para direksi)
2. Pola pikir masih ke arah retail.
Para direksi tidak pernah berfikir untuk investasi jangka panjang mereka hanya berfikir bagaimana langkah berikutnya itu saja setelah permasalahan datang.
Pertanyaan: bagaimana saya harus bersikap pada perilaku para direksi yang menganut system retail tersebut?
Terkadang saya capek sendiri dengan gagasan yang saya sampaikan terkadang tidak cocok. Pada prinsipnya mereka setuju system coporate.Tapi mereka tidak mau mengerti proses untuk menjadi korporat. Mohon jawabanya terima kasih, Andhang Satria.

Djajendra Menjawab!

Dear Andhang Satria,

Sikap Anda untuk mengarahkan perusahaan Anda ke corporate governance adalah perbuatan yang sangat terpuji. Artinya, Anda begitu peduli untuk mengelola perusahaan Anda secara profesional dengan prinsip-prinsip good corporate governance. Seharusnyalah para direksi berterima kasih dan mendukung Anda untuk hal ini. Persoalannya, mereka tidak mendukung Anda. Percayalah bahwa para direksi tersebut bukannya tidak memahami maksud Anda, tapi mereka sangat pintar untuk mengikuti saran Anda. Para direksi Anda tersebut telah memiliki mind set yang sangat mengakar untuk membimbing bisnis, investasi, dan keuangan kelompok mereka melalui intuisi dan cara-cara unik mereka yang hebat. Hal ini sangat lumrah terjadi dalam praktik bisnis, setiap pendiri perusahaan selalu memiliki resep unik dalam pengelolahan perusahaan. Jadi, tidak selalu hal-hal normatif, teori, atau konsep produk akademik mau mereka terima untuk bisnis mereka.
Selama para stakeholder tidak menginginkan praktik corporate governance yang penuh etika dan integritas, maka semua kerja keras Anda hanya akan menjadi sia-sia.
Untuk mempersiapkan sdm yang bekerja dengan budaya good corporate governance tidaklah sulit, asal pimpinan tertinggi perusahaan mau membuat kebijakan untuk itu. Lalu, mau melatih dan mempersiapkan sdm nya untuk bekerja dengan prinsip-prinsip good corporate governance.
Sikap Anda yang terbaik adalah memulai pelaksanaan good corporate governance dari diri Anda, dari unit kerja yang Anda pimpin, dari para staf langsung Anda. Buktikan kepada para direksi melalui cara kerja Anda bahwa corporate governance itu mampu membuat perusahaan lebih sukses.
Jangan paksa para direksi untuk menerima sesuatu hal yang tidak mereka sukai. Bila mereka merasa terganggu dengan kehadiran Anda, mereka akan mencari-cari alasan untuk menyingkirkan Anda dari perusahaan mereka. Sekian dan terima kasih. Have a great day!

Untuk seminar/training hubungi www.ninecorporatetrainer.com