Sikap Menghadapi Pegawai Yang Lebih Tua

1. Bagaimana sikap yang harus dilakukan atasan pada pegawai yang lebih tua, jelaskan?– Herman.

Djajendra Menjawab

Setiap perusahaan biasanya memiliki code of conduct atau kode etik yang diantaranya mengatur cara memelihara lingkungan kerja yang bebas dari diskriminasi, pelecehan, perbuatan asusila, ancaman, tekanan, dan kekerasan. Artinya, sikap atasan tidak boleh bertentangan dengan kode etik perusahaan, dan atasan harus membangun sikap profesional untuk  memaksimalkan hubungan pribadi dengan setiap pegawai tanpa melihat usia. Jadi, seharusnya tidak boleh ada sikap yang berbeda dari atasan terhadap pegawai yang lebih tua.

2. Apakah atasan perlu membeda-bedakan perlakuan pada pegawai yang lebih tua dan lebih muda, jelaskan?– Herman.

Djajendra Menjawab

Atasan tidak perlu membeda-bedakan perlakuan pada pegawai hanya oleh alasan usia. Banyak pegawai dari sisi usia sudah tua, tapi dari sisi intelektual dan emosional masih sangat labil. Dan banyak juga pegawai dari sisi usia masih muda, tapi dari sisi intelektual dan emosional sudah sangat stabil dan dewasa. Dari pengalaman saya bekerja di berbagai perusahaan, saya menyerap bahwa para atasan hanya akan menghormati atau memberikan perhatian lebih kepada pegawai yang cerdas secara intelektual dan emosional, berintegritas, setia, rajin, pekerja keras, beretika, sopan, dan berdedikasi kepada pekerjaan, atasan, dan perusahaan. Jadi, tidak pernah saya melihat di tempat kerja ada atasan bersikap berbeda hanya oleh alasan usia.

3. Yang dikatakan ‘tua’ itu apakah hanya terkait dengan umur pegawai, jelaskan?– Herman.

Djajendra Menjawab

Yang dikatakan ‘tua’ biasanya pasti berhubungan dengan umur pegawai, sedangkan pegawai dengan kecerdasan intelektual dan emosional biasanya akan dikatakan dewasa atau matang secara kepribadian.

4. Apakah benar, atasan yang lebih muda cenderung lebih segan terhadap bawahan yang lebih tua, jelaskan?– Herman.

Djajendra Menjawab

Sebuah tempat kerja pasti akan dikelola dengan aturan, kebijakan, etika, moralitas, dan komunikasi yang saling bersinergi.  Artinya, setiap orang harus bekerja dengan saling menghormati dan saling mengontrol diri untuk tidak menyakitkan siapa pun. Perasaan  segan  seharusnya tidak boleh merusak profesionalisme dan etika bisnis di tempat kerja. Dari pengalaman saya bekerja dan memberi konsultasi kepada perusahaan – perusahaan, saya jarang sekali menemukan kasus di mana atasan yang lebih muda menjadi lebih segan terhadap pegawai yang lebih tua. Setahu saya, lingkungan tempat kerja akan lebih memberikan perhatian kepada pegawai – pegawai yang berkontribusi secara maksimal buat perusahaan, serta yang memiliki sikap, perilaku, emosional, dan kepintaraan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.  Jadi, tidak pernah umur atau pun usia menjadikan seorang pegawai mendapatkan perlakuan yang berbeda.

Untuk konsultasi kirim E-mail: konsultasi@djajendra-motivator.com

KARYAWAN TIDAK LOYAL DAN TIDAK DISIPLIN

“Bila Karyawan Anda Tidak Disiplin, Disiplinkan Mereka. Bila Karyawan Anda Tidak Loyal, Loyalkan Mereka.” – Djajendra

Pertanyaan

Selamat sore dan salam kenal kepada Bpk. Djajendra, sebelumnnya sy ingin mengenalkan nama saya MA, jabatan manager disesuatu bengkel CBU (kendaraan Built-Up) di jakarta utara, sy sdh bekerja dibengkel baru 6 bulan tapi selama sy memimpin di bengkel banyak kesulitan dan rintangan untuk mengatur mekanik dan  divisi service karena sdh terbiasa di ajarkan tdk displin waktu dan tidak loyal kepada perusahaan yg dia bekerja sebelum saya yg memimpin, contoh waktu bel berbunyi waktunya pulang langsung beres2 dan langsung pergi gitu aja, sampai saya bingung dan terheran-heran kalau masalah uang insentif paling cepat ditanyakan, saya jadinya malas untuk brifing(meiting) bersama karyawan krn dari karyawannya tidak ada kemauan untuk meiting. saya benar dengar dari ngomongan karyawan yg lain katanya buat apa meiting tidak ada gunanya,sampai saya marah mendengarnya. Bpk Djajendra yang saya hormati, saya mohon saran dan petunjuknya.terima kasih

 

Djajendra Menjawab

Selamat malam Bpk MA, terima kasih untuk kepercayaannya bertanya kepada saya. Persoalan Pak MA terletak pada aspek komunikasi, koordinasi, kerja sama, etika, dan tanggung jawab. Persoalan ini telah sampai pada tahap konflik. Oleh karena itu, Pak MA harus melatih perasaan dan pikiran positif agar mampu melihat sisi positif dari setiap orang dengan bijaksana.

Saya percaya Pak MA pasti bisa mengatasi semua persoalan yang dihadapi saat ini. Untuk itu, pastikan Pak MA mampu berjiwa besar dan siap membuka hati untuk merangkul semua orang agar bisa meraih tujuan bersama di bengkel yang Bpk pimpin. Jangan pernah memusuhi orang-orang yang tidak disiplin dan tidak loyal, tapi perlihatkan sikap kepemimpinan yang tegas dan melayani bawahan sambil menegakkan disiplin, etika, aturan dan tanggung jawab.

Untuk tahap awal, cairkan suasana dengan cara mengajak semua karyawan Pak MA outing ke luar kota, buat outbound yang bisa mendekatkan semua orang dalam satu semangat kebersamaan. Pastikan perasaan dan pikiran Pak MA menyayangi semua bawahan, tidak boleh ada perasaan benci atau pun dendam.  Setelah itu, mulailah hari-hari baru di bengkel yang bapak pimpin dengan budaya kerja yang patuh pada disiplin, aturan, etika, dan kepemimpinan yang ada. Bila setelah semua kebaikan dari bapak MA tidak mendapatkan respons positif dari karyawan – karyawan tersebut, maka pak MA harus melakukan reformasi secara bertahap dengan cara merekrut orang baru dan mempersiapkannya untuk menjawab semua ketidakdisiplinan dan ketidakloyalan karyawan lama.

Sekian dan terima kasih.

Salam,

Djajendra

Memahami Kebutuhan Karyawan Untuk Sukses

“Karyawan Anda Adalah Aset Yang Akan Menciptakan Kesuksesan Tanpa Batas Buat Perusahaan Anda.” – Djajendra

Pertanyaan?

Salam sukses  Pak Djajendra.
Mohon tips, hal apa saja yang dibutuhan karyawan agar karyawan dapat meraih kesuksesan di tempat kerja?
Terimakasih atas perhatiannya. Rike, Karawang.

Djajendra Menjawab!

Pertanyaan Rike sungguh luar biasa. Keinginan untuk memahami kebutuhan karyawan agar karyawan bisa meraih kesuksesan adalah sebuah niat yang sangat mulia.

Berikut tips untuk  kebutuhan kesuksesan karyawan Anda.

1. Berikan Job Desk Dan SOP Yang Jelas. Beritahu karyawan Anda apa peran mereka, apa yang Anda ingin mereka capai, dan apa aturannya untuk menuju ke sana.

2. Terbuka, Profesional, Jujur, Adil, Beretika. Ciptakan lingkungan tempat kerja yang membuat karyawan mempercayai perusahaan, pimpinan, dan manajemen dengan sepenuh hati. Di saat karyawan mempercayai perusahaan sepenuh hati, maka karyawan akan bekerja dengan sebaik mungkin untuk meraih prestasi terbaik.

3. Ciptakan Sistem, Prosedur, Kebijakan, Dan Aturan. Karyawan membutuhkan cara mengerjakan pekerjaannya dengan berkualitas. Untuk itu, perusahaan harus membangun tata cara kerja yang efektif  buat memudahkan semua pekerjaan karyawan.

4. Berikan Tanggung Jawab. Di saat karyawan diberikan tanggung jawab untuk menghasilkan prestasi, karyawan akan merasa dipercaya dan dihargai perusahaan. Hal ini akan membuat karyawan merasa menjadi orang penting yang harus berjuang total untuk hasil kerja terbaik.
5. Berikan Pujian. Setiap orang ingin diakui atas prestasi dan kinerja mereka. Oleh karena itu, siapkan tata cara dalam bentuk budaya perusahaan untuk memberikan penghargaan kepada yang berhasil. Jangan lupa untuk memberikan pencerahan dan motivasi buat mereka yang belum berhasil.

Sekian dan terima kasih.

Untuk seminar/training hubungi www.djajendra-motivator.com

Corporate Culture Yang Andal

“ Tanpa Corporate Culture Perusahaan Akan Berada Dalam Ketidakpastian; Tanpa Sistem Perusahaan Akan Berada Dalam Kekacauan; Tanpa Aturan, Prosedur, Dan Kebijakan Perusahaan Akan Kehilangan Reputasi.” – Djajendra

Pertanyaan?

Dear Pak Djajendra,

Apa yang harus dilakukan ketika pemilik perusahaan tidak begitu peduli pada corporate culture dan system? Saat kami para professional mengajukan untuk membangun system dan corporate culture yang kuat. Dia hanya peduli pada bisnis, dan berkata “Sorry, Business Is Business…. Business Is Not Corporate Culture!” Thanks, Anita – Semarang

Djajendra Menjawab!

Dear Anita,

Saya sangat setuju bahwa business is business, but a good business depends on a good corporate culture or a good organizational culture.

Peran dan fungsi corporate culture adalah untuk menyatukan setiap orang di dalam perusahaan kepada satu visi yang jelas. Sebab, setiap pribadi pada umumnya memiliki home culture masing-masing. Dan, di dalam perusahaan bila home culture masing-masing ini dibiarkan tumbuh dan berkembang, maka yang akan terjadi adalah konflik dan perbedaan persepsi secara terus-menerus. Jelas, hal ini akan menguras energi perusahaan dan menghambat perusahaan untuk tumbuh menjadi besar. Oleh karena itu, perusahaan wajib membangun corporate culture yang sesuai dengan misi dan visi perusahaan, agar perusahaan mampu beroperasional secara pasti dan konsisten untuk masa depan yang lebih cerah. Sekian dulu, ya, Anita. Have a great day!

Untuk seminar/training hubungi www.djajendra-motivator.com

Lean Six Sigma Meningkatkan Kinerja Dan Keuntungan?

”Temukan Apa Yang Orang Inginkan Dan Bangunlah Itu Bagi Mereka.” – Walt Disney

Pertanyaan?

Dear Pak Djajendra,

Saya mau nanya, apakah perusahaan yang di jalankan dengan model bisnis Lean Six Sigma bisa meningkatkan kinerja dan keuntungan? Mohon pencerahannya, terima kasih. Judika, Jakarta.

Djajendra menjawab!

Dear Judika,

Sesungguhnya konsep Lean Six Sigma hanya berbeda tipis dengan konsep Total Quality Management. Di mana, konsep Lean Six Sigma ini digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kualitas perusahaan di semua aspek.

Jadi, saat Anda mengimplementasikan konsep Lean Six Sigma di perusahaan Anda, Anda harus fokus untuk memenuhi semua kebutuhan internal perusahaan dalam memberikan pelayanan terbaik kepada stakeholder. Di sini, Anda harus memiliki komitmen untuk mendengarkan dan memenuhi semua harapan dan kebutuhan dari karyawan, pelanggan, pemilik saham, dan kebutuhan bisnis itu sendiri.

Memang telah banyak kisah sukses yang diceritakan oleh perusahaan-perusahaan multinasional besar dengan konsep Lean Six Sigma. Persoalannya, saat-saat krisis seperti sekarang ini, tidak semua perusahaan multinasional itu mampu menghasilkan kinerja dan keuntungan. Mungkin dalam kondisi dan situasi ekonomi yang sehat, konsep Lean Six Sigma mampu menjadi sistem yang memberikan kinerja dan keuntungan buat perusahaan.

Saya percaya, Lean Six Sigma merupakan sebuah konsep atau pun sistem manajemen yang sangat baik. Persoalannya, kinerja dan keuntungan perusahaan tidak hanya ditentukan oleh kehebatan sebuah model bisnis, konsep bisnis, atau pun oleh sebuah sistem manajemen yang hebat. Kinerja dan keuntungan perusahaan sangat dipengaruhi oleh berbagai situasi dan kondisi bisnis, ekonomi, dan pasar. Sekian dulu ya, Judika, have a great day!

Untuk seminar/training hubungi www.djajendra-motivator.com

Budaya Kerja Nepotisme

Pertanyaan?

Yth Bapak Djajendra,

Bagaimana cara kita menghadapi budaya kerja di perusahaan yang mengagung-agungkan kehebatan sesama alumnus? Apakah etis bila manajemen mengutamakan merekrut karyawan baru dari universitas tertentu dengan fanatisme tinggi? Bagaimana hal ini hubungannya dengan good governance? Terima kasih. Dandi Wayudi, Jakarta.

Djajendra Menjawab!

Dear Dandi Wayudi,

Manajemen yang berkualitas tidak akan merekrut atau pun mempromosikan karyawan atas dasar nepotisme. Manajemen yang kuat pasti bekerja sepenuhnya dengan menggunakan sistem yang konsisten dengan prinsip-prinsip good corporate governance. Manajemen yang profesional pasti mengutamakan kompetensi, kualitas, karakter, dan potensi seseorang untuk dijadikan sebagai sumber daya perusahaan yang kuat dan solid. Dan tidak mungkin mengkerdilkan dirinya dengan hanya mempercayai sesama kelompok atau alumnus.

Ketika Anda menghadapi budaya kerja yang mengagung-agungkan kehebatan sesama alumnus, maka Anda harus bersikap lebih professional dalam semua aspek pekerjaan Anda. Lalu, tetap berpikir positif dan berprasangka baik, tanpa mengkerdilkan kebesaran perusahaan Anda. Apa pun budaya kerja perusahaan Anda, tetaplah bekerja dengan sepenuh hati untuk berkontribusi secara total.

Etis atau tidak etisnya sebuah rekrutmen sangat tergantung kepada profesionalisme dan kebutuhan manajemen. Mungkin saja pihak manajemen merasa keunggulan yang dimiliki alumnus universitas tertentu itu sesuai dengan kebutuhan mereka. Jadi, semuanya akan menjadi etis bila rekrutmen itu dilakukan melalui prinsip-prinsip good corporate governance. Budaya nepotisme pastinya tidak sesuai dengan nilai-nilai dari good corporate governance. Jika sebuah perusahaan dijalankan secara profesional berdasarkan nilai-nilai good governance, maka perusahaan akan terjaga dari berbagai praktik manajemen yang tidak sehat. Perusahaan yang kuat hanya dihasilkan dengan cara menegakkan sistem, prosedur, peraturan, etika, dan kebijakan dengan penuh tanggung jawab;  mengembangkan nilai-nilai kebaikan yang adil dan jujur; menciptakan transparansi di setiap keputusan strategis; memanfaatkan kekuatan sumber daya secara efektif, produktif, kreatif dan efisien; dan menciptakan pelayanan perusahaan yang berorientasi untuk memuaskan stakeholder. Sekian dulu ya, Dandi Wayudi. Have a nice day!

Untuk seminar/training hubungi www.djajendra-motivator.com

Menanamkan Etos Kerja Kepada Karyawan

”Etos Kerja Itu Bukan Sekedar Sebuah Budaya Kerja, Tapi Merupakan Pekerjaan Mental Untuk Menjadi Lebih Berkinerja.” – Djajendra

Pertanyaan?

Yth Bpk Djajendra,

Kami adalah perusahaan jasa boga (UKM), sekarang ini manajemen perusahaan kami kelola sendiri dengan di bantu sekitar 60 karyawan, dan 40% dari karyawan masih punya hubungan keluarga. Yang ingin kami tanyakan, bagaimana cara menanamkan etos kerja yang berkinerja tinggi kepada karyawan? Terima kasih. D Kesuma – Solo

Djajendra Menjawab!

Yth D Kesuma – Solo,

Etos kerja berkinerja tinggi artinya karyawan memiliki kompetensi dan komitmen untuk bekerja total dengan cara merencanakan, mengorganisir, memecahkan masalah, dan berkomunikasi kepada manajemen secara profesional. Selanjutnya untuk membangun etos kerja yang berkinerja tinggi. Pertama, perusahaan harus dikelola dengan visi, misi, dan nilai yang jelas; dengan dukungan SOP yang sederhana dan tepat sasaran. Kedua, mind set karyawan harus di isi etika dan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja dengan tujuan meningkatkan kepuasan pelanggan. Ketiga, walaupun 40% dari karyawan masih memiliki hubungan keluarga, tetapi manajemen perusahaan harus di jalankan dengan panduan etika bisnis, code of conduct, prinsip good corporate governance yang profesional dan dinamis. Keempat, pastikan manajemen mengutamakan kompetensi dan komitmen dari karyawan untuk bekerja dengan kinerja tinggi.

Usaha jasa boga membutuhkan kreatifitas dan pelayanan berkualitas tinggi. Untuk itu, pastikan Anda mampu mentransformasikan nilai-nilai pelayanan berlandaskan sikap baik dan niat baik. Termasuk, maksimalkan semua upaya untuk membangun kesadaran karyawan, agar karyawan mampu menciptakan sebuah etos kerja yang bervisi untuk mendapatkan dan mempertahankan loyalitas pelanggan. Sebab, kinerja tinggi hanya akan dihasilkan saat perusahaan memiliki banyak pelanggan dengan keuntungan maksimal. Sekian dulu,ya, D Kesuma. Have a great day!

Untuk seminar/training hubungi www.djajendra-motivator.com

Pendidikan Dan Jabatan

Pertanyaan?

Apakah Jenjang Pendidikan Menjamin Kita Mendapatkan Posisi Jabatan Yang Tinggi Di Perusahaan?  Majalah Cosmopolitan

Djajendra Menjawab!

Pendidikan tinggi yang berkualitas memang selalu menjadi syarat untuk bisa diterima menjadi pekerja di perusahaan. Tetapi, pendidikan tinggi tidak selalu menjamin seseorang untuk mendapatkan jabatan tinggi di perusahaan. Perusahaan akan memberikan jabatan tinggi kepada karyawan yang memiliki sikap, karakter, etika, integritas, loyalitas, kepemimpinan, pengetahuan, dan keterampilan untuk menghasilkan karya dan kinerja yang tinggi, dan bukan lagi oleh alasan tingginya pendidikan.

Untuk seminar/training hubungi www.djajendra-motivator.com

Membuat Karyawan Fresh Graduates Bekerja Dengan Kualitas Terbaik

Pertanyaan?

Yth Bapak Djajendra,

Setelah melakukan rekrutmen fresh graduates untuk berbagai posisi dan jabatan kerja di perusahaan. Training seperti apa yang seharusnya kita berikan kepada mereka. Mengingat mereka baru selesai kuliah S1 atau S2. Apa yang harus perusahaan lakukan, agar para karyawan baru yang fresh graduates ini bisa bekerja dengan kualitas terbaiknya? Terima kasih, Santy, Jakarta.

Djajendra Menjawab!

Dear Santy,

Para karyawan baru yang baru selesai kuliah pasti telah banyak belajar tentang teori, konsep, dan hal-hal normatif tentang bisnis dan organisasi. Artinya, perusahaan tidak perlu lagi mengajarkan hal-hal yang telah mereka pelajari sekian tahun di bangku kuliah. Oleh karena itu, setelah perusahaan memastikan bahwa para fresh graduates ini telah memiliki fondasi pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan rencana kerja perusahaan. Maka selanjutnya, perusahaan wajib mendidik para fresh graduates ini untuk terbiasa dengan visi, misi, value, budaya, kepemimpinan, manajemen, organisasi, produk, jasa, sop, etos kerja, etika, core values, bisnis, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan semangat perusahaan. Artinya, fokuskan pelatihan para fresh graduates ini untuk mempelajari perusahaan dengan total, agar mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menjalankan dan melayani fungsi dan peran kerja mereka masing-masing dengan professional dan berintegritas.

Lakukan penginternalisasian core value perusahaan dan keterampilan kerja yang sesuai dengan SOP perusahaan. Jadikan SOP sebagai materi untuk melatih keterampilan kerja para fresh graduates, dan jadikan panduan etika bisnis, code of conduct, dan core value sebagai materi pelatihan etos kerja perusahaan. Artinya, saat para fresh graduates ini sudah mampu memahami dan menjadikan SOP dan core value sebagai panduan dalam melayani perusahaan dan pelanggan, maka secara otomatis para fresh graduates tersebut sudah bisa bekerja dengan kualitas kerja yang sesuai dengan semangat perusahaan. Selain itu tanamkan juga nilai-nilai moral, spiritual, dan etika kepada para fresh graduates.

Gunakan para pengajar dari internal perusahaan untuk mengajarkan keterampilan kerja, dan gunakan para pengajar dari luar perusahaan untuk mengajarkan nilai-nilai etika, moral, dan pembentukan karakter karyawan baru tersebut sesuai dengan core value perusahaan. Perilaku kerja para fresh graduates tersebut harus sama dengan semangat core value perusahaan dan harus sesuai dengan SOP perusahaan.

Dalam pembekalan terhadap para fresh graduates,  perusahaan harus memahami setiap kebutuhan, lalu secara tegas menginternalisasikan semua tatacara kerja dan nilai-nilai kerja yang dibutuhkan perusahaan dalam melayani semua pihak. Jangan mendidik para fresh graduates ini untuk melakukan sebuah tindakan, tapi didik mereka untuk memahami semua kebutuhan perusahaan untuk kemudian mencari solusi-solusi terbaik buat keberhasilan perusahaan. Sekian dulu ya, Santy! Thanks and Have a great day!

Untuk seminar/training hubungi www.djajendra-motivator.com

5 Kesalahan Fatal Dari Pimpinan HRD

“Saat Seseorang Menutup Diri Untuk Belajar Dari Orang Lain, Saat Itu Dirinya Akan Kehilangan Masa Depan.” – Djajendra

Pertanyaan?

Yth Bapak Djajendra,

Saya adalah pemilik perusahaan packaging di wilayah Jawa Barat. Saya memiliki ide-ide besar untuk membangun bisnis saya. Persoalan saya adalah unit kerja HRD selalu tidak mampu mendukung ide-ide saya dengan cara mempersiapkan kualitas SDM yang saya butuhkan. Pertanyaan saya adalah langkah apa yang harus saya lakukan?

Hormat saya,
JR

Djajendra Menjawab!

Banyak sekali pimpinan dan pemilik perusahaan yang mengeluh karena ketidaksiapan unit kerja HRD dalam mendukung perkembangan bisnis dengan kualitas SDM yang lebih tangguh. Meski pimpinan dan pemilik perusahaan sudah maksimal memperhatikan kebutuhan unit kerja HRD nya, tetapi apa daya, team HRD nya tetap berjalan ditempat tanpa kreatifitas lebih.

Saat unit kerja HRD hanya mampu bekerja dengan kemampuan standar atau cenderung statis, maka kualitas kerja SDM juga akan bersikap statis dan standar, pimpinan puncak akan kelelahan memikirkan rendahnya semangat dan motivasi karyawan, atau pemilik perusahaan selalu takut melangkah lebih jauh karena takut bisnisnya tidak didukung dengan kualitas SDM yang andal. Lantas, kenapa hal seperti ini bisa terjadi? Jawabannya ada pada lima kesalahan fatal yang selalu ada di unit kerja HRD.

1. Pimpinan HRD yang kaku dan Tidak berwawasan.

Saat unit kerja HRD dipimpin oleh pribadi tanpa wawasan, maka apa pun niat baik pimpinan puncak, pasti akan terhambat oleh sifat kekakuan dari pimpinan HRD. Jadi, pililah pribadi yang berwawasan luas, bukan pribadi yang berwawasan sempit.

2. Jangan Berpikir HRD Itu Cost Centre.

Saat unit kerja HRD dilihat manajemen sebagai cost centre, sehingga pimpinan HRD yang diangkat biasanya adalah orang-orang yang tidak terpakai di unit kerja lain. Akibatnya, kinerja HRD juga tidak akan terpakai dalam rencana tingkat tinggi perusahaan.

3. Program Pengembangan SDM Yang Salah Arah.

Saat pimpinan HRD tidak mampu memahami arah perkembangan bisnis perusahaan, maka ia pasti akan membuat program pengembangan SDM yang salah arah. Jadi, pastikan bahwa pimpinan unit kerja HRD yang Anda tempatkan adalah pribadi yang cerdas membaca perkembangan bisnis, dan semua rencana masa depan perusahaan.

4. Pimpinan HRD Bersikap Menutup Diri.

Saat pimpinan HRD berperilaku memahami segala hal, dan selalu menutup pintu pikirannya untuk menerima pengetahuan baru dari orang lain. Bila hal ini terjadi, maka sebaiknya Anda segera mengganti pimpinan HRD Anda. Sebab, saat pimpinan HRD menutup pintu pikirannya untuk menerima pengetahuan baru, saat itu ide-ide besar Anda untuk mengembangkan bisnis pasti sulit berkembang.

5. Pimpinan HRD Berjurus Katak Terbang.

Saat pimpinan HRD bekerja dengan jurus katak terbang, yaitu keatas melapor sambil melobi sang majikan, kebawah memerintah sambil menendang dan mengancam bawahan. Bila hal ini terjadi, sebaiknya Anda sebagai pemimpin atau pun pemilik perusahaan harus segera mencari pimpinan HRD yang tidak berjurus katak terbang.

Sekian dan terima kasih